I. PENDAHULUAN
Fenomena globalisasi masuk dan merambah ke berbagai sector, khususnya sector ekonomi yang ditandai oleh kerjasama regional seperti ASEAN (Association of South East Asian Nation), NAFTA (North American Free Trade Agreement), TAFTA (Trans Atlantic Free Trade Area), dan sebagainya. Inti dari kerjasama ekonomi tersebut dapat memperkuat daya saing dan struktur ekonomi antarnegara sehingga persaingan ekonomi antarnegara di dalam satu kawasan lebih transparan dan terbuka. Perubahan tatanan ekonomi dunia dewasa ini tidak bias kita tolak atau kita hindari, maka mau tidak mau kita harus terlibat di dalamnya. Liberalisme perdagangan merupakan contoh konkrit perubahan tatanan ekonomi yang ditandai dengan arus globalisasi yang melanda berbagai kehidupan manusia, tidak terkecuali bidang ekonomi.
Menurut Stoner (1996) globalisasi merupakan suatu proses yang terkait dengan tiga factor yang saling berhubungan yaitu mengenai kedekatan, lokasi dan sikap. Kedekatan memberikan penekanan pada ikatan dengan pelanggan, pesaing, pemasok dan pemerintah yang jauh lebih banyak dan beragam. Lokasi memberikan penekanan pada terintegrasinya organisasi melewati batas-batas wilayah territorial suatu Negara. Sedangkan sikap mengacu pada sikap baru dan terbuka mengenai fenomena internasional. Dalam pandangan Barnet, globalisasi adalah scenario final yang terjadi di mana-mana. Oleh karena itu, kita harus mampu berkompetisi dalam kehidupan ekonomi untuk menjadi yang tercepat dan terbaik di antara para pesaing melalui strategi yang tepat.
Secara umum, penuntun strategi yang tepat bagi perusahaan dimulai dengan mengenali peluang dan ancaman yang terkandung dalam lingkungan eksternal serta memahami kekuatan dan kelemahan pada aspek internal perusahaan. Dengan demikian, perusahaan mampu bersaing dan mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Ilmu yang mempelajari penentuan strategi ini dikenal dengan nama Menajemen Strategi.
II. DEFINISI MANAJEMEN
Istilah manajemen mengacu pada proses mengoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain. Marilah kita meninjau beberapa bagian spesifik dari definisi ini.
Menurut Stoner (1996:10) proses adalah cara sistematik yang sudah ditetapkan dalam melakukan kegiatan yang menggambarkan fungsi-fungsi yang berjalan terus-menerus yang dilakukan oleh para manajer. Fungsi-fungsi tersebut adalah merencanakan, mengoordinasi, memimpin dan mengendalikan. Merancang mengandung arti bahwa para menejer memikirkan dengan matang terlebih dahulu sasaran dan tindakan mereka berdasarkan pada beberapa metode, rencana atau logika dan bukan berdasarkan perasaan. Rencana mengarahkan tujuan organisasi dan rencana meruupakan pedoman untuk:
1. Organisasi memperoleh dan mengunakan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
2. Anggota organisasi melaksanakan aktivitas yang konsisten dangan tujuan dan prosedur yang sudah ditetapkan.
3. Memonitor dan mengukur kemajuan untuk mencapai tujuan, sehingga tindakan kerektif dapat diambil bila kemajuan tidak memuaskan.
Mengoordinasikan adalah proses mengatur dan mengalokasikan pekerjaan, wewenang dan sumber daya di antara anggota organisasi, sehingga mereka dapat mencapai sasaran organisasi. Sedangkan memimpin merupakan suatu proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dari anggota kelompok atau seluruh organisasi. Sementara yang terakhir adalah pengendalian, yaitu proses untuk memastikan bahwa aktivitas sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan. Dalam praktik, proses manajemen tidak menyangkut empat macam aktivitas yang terpisah atau yang hubungannya longgar, melainkan sekelompok fungsi yang saling berkaitan secara simultan. Gambar 2.1 menyajikan model semua titik dalam dua arah.
Bagian spesifik yang lain dari definisi manajemen adalah efisien dan efektif. Menurut Robbin (1998:8) efisien mengacu pada hubungan antara masukan dengan keluaran. Dari sudut pandang ini, efisien seringkali dirujuk sebagai “melakukan segalah susuatu secara tepat”, artinya tidak memboroskan sumber-sumber. Sedangkan efektif seringkali dilukiskan sebagai “melakukan hal-hal yang tepat,” artinya kegiatan kerja yang akan membantu organisasi tersebut tercapai sasarannya. Dengan kata lain, efisien itu lebih memperhatikan “sarana-sarana” melaksanakan segalah sesuatunya, efektif berkaitan dengan “hasil akhir”, atau pencapaian sasaran-sasaran organisasi.
Sedangkan kalau dilihat dari perkembangannya, menurut Stoner (1996:32) menajemen merupakan pokok dari sejarah, keadaan social dan tempat kejadian. Jadi kita dapat memahami evolusi teori menajemen dalam arti bagaimana manusia berkecimpung dengan masalah hubungan (relationship) pada kurun waktu (time) tertentu dalam sejarah. Agar proses manajemen dapat dilaksanakan secara sistematis, dalam praktiknya diperlukan pengetahuan yang baik. Namun dalam kenyataanya proses manajemen tidak sesistimatis yang dibayangkan karena berhubungan dengan bagaimana bekerja sama dengan orang lain dengan segala keunikan yang dimiliki oleh setiap individu di mana proses manajemen itu dilaksanakan. Maka munculah pemikiran apakah manajemen itu ilmu, seni atau profesi?
1. Manajemen Sebagai Ilmu
Manajemen sebagai ilmu, dikembangkan oleh Luther Gulick (Stoner, 1992:39). Ia mengatakan dalam sebuah konferensi manajemen internasional, memberikan batasan manajeman sebagai suatu “bidang pengetahuan” yang “secara sistematis berusaha untuk memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja bersama untuk mencapai sasaran dan menjadikan system kerjasama ini lebih berguna bagi kemanusiaan.” Dasar pemikiran Luther Gulick adalah bahwa manajeen memiliki serangkaian teori-teori yang terdiri dari berbagai konsep sistematis, sehingga mampu menuntun manajemen untuk menjelaskan dan memberitahukan apa yang harus dilakukan pada situasi tertentu dan memungkinkan dapat meramalkan akibat-akibat dari tindakannya.
2. Manajemen Sebagai Seni
Sebaliknya, henry M. Boettinger (Stoner 1992:39) berpendapat bahwa manejemen itu sebagai seni. Menurut pandangannya, lukisan atau puisi (atau seni sastra lainnya) membutuhkan tiga unsur: pandangan si seniman, pengetahuan teknis, dan komonikasi yang berhasil. Dasar pemikiran inilah yang menjadikan manajemen sebagai seni karena menurut Boettinger manajemen memerlukan unsur yang sama. Sedangkan orang pertama yang mencetuskannya adalah Mary Parker Follet (Fattah, 2000:3) yang menyatakan manajemen adalah “The art of getting things done through people” (Manajemen sebagai seni untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang). Hal ini menekankan, bahwa manajemen merupakan ekspresi dan aktualisasi daya cipta, karsa dan rasa manusia yang dalam pengambilan keputusan mempertimbangkan baik buruk, pantas tidak pantas.
3. Manajemen sebagai ilmu dan seni
Arti manajemen sebagai ilmu dan seni didasarkan pada pandangan yang menyatakan bahwa seorang ilmuan sekaligus seniman, karena di samping mengandalkan diri pada ilmu, ia juga harus mempunyai firasat, keyakinan, kreativitas dan menguasai cara-cara penerapannya. Untuk pemahaman yang lebih jelas tentang pandangan di atas, kita harus memahami ilmu dan seni itu sendiri.
Ilmu (science) diartikan sebagai sekumpulan pengetahuan yang telah di sistematisasi, dikumpulkan dan diterima menurut pengertian kebenaran umum, mengenai keadaan suatu objek atau objek tertentu. Sedangkan manajemen ilmiah (Science Manajement) diartikan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang disistimatisasi, dikumpulkan dan diterima menurut pengertian kebenaran universal mengenai manajemen.
Seni (art) diartikan sebagai suatu kreativitas pribadi yang kuat dan disertai keterampilan. Sedangkan seni menajemen meliputi kemempuan untuk melihat totalitas dari bagian-bagian yang terpisah dan berbeda-beda, kemampuan untuk menciptakan suatu gambaran tentang visi tertentu, kemampuan untuk mengawinkan visi tersebut dengan skill atau kemampuan yang efektif. Dengan kata lain, ilmu (science) mengajarkan kita suatu pengetahuan dan seni (art) mengajarkan orang untuk berpraktik.
Tabel Perbedaan Science dan Art
No
|
Science
|
Art
|
1
|
Berkembang secara teoritis
|
Berkembang secara praktis
|
2
|
Membuktikan
|
Merasa
|
3
|
Meramalkan
|
Menerka
|
4
|
Memberi definisi
|
Menguraikan/mengajarkan
|
5
|
Memberi kepastian/ukuran
|
Memberikan pendapat
|
Daftar Pustaka
Purwanto, Iwan (2006). Manajemen Strategi. Bandung: Yrama Widya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar