Kamis, 31 Januari 2013

Redesain Bioreaktor Meningkatkan Hasil secara Dramatis

Ganggang mikro adalah tanaman ber sel satu yang menjadi mesin fotosintesis paling efisien dan terkecil di alam: semua yang ia butuhkan hanya hidup di air, cahaya, dan udara. Ketika dibiakkan dalam kondisi tak terkendali, penerapannya mulai dari farmasi hingga perawatan limbah bahkan bioenergi.

Para ilmuan dari Universitas Ben Gurion di Negrev Israel menemukan strategi untuk meningkatkan hasil ganggang. Mereka menjelaskannya dalam jurnal Institut Fisika Amerika  Applied Physics Letters.
Tim  Ben-Gurion menciptakan model fisika yang menjelaskan pengamatan utama yang diperoleh dalam bioreaktor baru yang dirancang dan dibuat oleh kelompok berbeda di universitas ini, dipimpin oleh Amos Richmond. Bioreaktor ini pada dasarnya merupakan wadah datar dengan dinding transparan yang dapat diterangi oleh sinar matahari atau cahaya buatan. Gelembung udara memberi makan dari dasar bercampur dengan air sehingga sel ganggang bergerak maju mundur antara daerah terang tipis di dekat dinding dan interior gelap reaktor, yang menghasilkan sel terpapar pada kilatan cahaya pendek.
 Bioreaktor ini menghasilkan perolehan biomassa jauh lebih besar dari metode pembiakan biasa. Dalam penelitian mereka, para ilmuan menjelaskan kalau penting untuk memperhitungkan interplay antara fisika dan biologi: skala waktu intrinsik fotosintesis dapat diselaraskan dengan pola aliran dan penerangan bioreaktor dimana ganggang tumbuh. Peningkatan dramatis hasil biomassa ini suatu saat dapat mengubah ganggang mikro menjadi sumber energi terbarukan yang mudah diperoleh secara ekonomis.

Sumber berita:

Salju Himalaya akan Mengerut Hampir 10 Persen, Bahkan Jika Suhu Tidak Berubah

iarpun hujan, cerah, salju, sebagian salju Himalaya tetap terus mengerut selama bertahun-tahun ke depan.

Laporan oleh professor geologi   Brigham Young University Summer Rupper muncul setelah penelitiannya di Bhutan, sebuah daerah di mata badai muson Himalaya. Diterbitkan dalam  Geophysical Research Letters, temuan paling konservatif Rupper adalah bahkan jika iklim tetap sama, hampir 10 persen glasier Bhutan akan hilang dalam beberapa dekade ke depan. Terlebih lagi, jumlah air yang meleleh dari glasier ini dapat turun hingga 30 persen.
 Rupper mengatakan peningkatan suhu hanya satu hal dibalik melorotnya glasier. Sejumlah faktor iklim seperti angin, kelembaban, presipitasi, dan penguapan dapat mempengaruhi bagaimana glasier berperilaku. Dengan beberapa glasier Bhutan sepanjang 13 mil, ketidakseimbangan daerah ini dapat membuatnya perlu berdekade untuk merespon sepenuhnya.
“Glasier semacam ini telah melihat banyak pemanasan dalam beberapa dekade terakhir yang mereka sedang berusaha kejar sekarang,” jelas Rupper.
Faktanya, laju hujan salju di Bhutan akan berlipat dua untuk menghindari berkurangnya glasier, namun itu skenario yang kecil kemungkinannya karena suhu yang menghangat menyebabkan hujan air bukannya hujan salju. Jika glasier terus kehilangan lebih banyak air dari yang dapat mereka peroleh, kombinasi lebih banyak hujan dan lebih banyak glasier yang meleleh akan meningkatkan kemungkinan banjir – yang dapat merusak desa-desa di sekitarnya.
 “Banyak populasi di dunia ini berada di kaki Himalaya,” kata Rupper. “Banyak kebudayaan dan sejarah akan hilang, bukan hanya bagi Bhutan namun juga Negara tetangganya yang menghadapi resiko ini.”
Untuk menggambarkan kemungkinan kejadian ini, Rupper melakukan penelitiannya satu langkah lebih jauh. Hasilnya menunjukkan jika suhu naik hanya 1 derajat Celsius, glasier Bhutan akan mengerut hingga 25 persen dan air yang meleleh setiap tahun akan turun hingga 65 persen. Dengan iklim yang terus menghangat, prediksi demikian bukan lagi hal yang mustahil, khususnya perlu bertahun-tahun bagi glasier untuk bereaksi pada perubahan.
 Untuk membuat prediksi yang lebih eksak untuk Bhutan, Rupper dan mahasiswa pasca sarjana BYU Landon Burgener dan Josh Maurer bekerjasama dengan para peneliti dari  Columbia University, Lamont-Doherty Earth Observatory, NASA, dan Departemen Layanan Hidro-Meteorologi Bhutan. Bersama, mereka menjelajahi hutan hujan dan lereng kering untuk menjangkau sebagian balok es paling terpencil di dunia. Disana mereka meletakkan stasiun cuaca dan peralatan pengawas glasier yang dapat dipakai untuk mengumpulkan data real-time dalam berbulan dan bertahun-tahun ke depan.
“Perlu tujuh hari hanya untuk mencapai glasier target,” ingat Rupper, yang pulang bulan Oktober. “Bagi tim hewan, pengendara kuda, dan pemandu, wilayah dan ketinggian tersebut adalah jalan hidup, namun aku akui kalau orang barat di kelompok ini sedikit bergerak lambat.”
 Laporan dan penelitian lapangan Rupper adalah salah satu yang pertama memeriksa glasier di Bhutan, dan pemerintah berharap memakai penelitiannya untuk membuat keputusan jangka panjang mengenai sumberdaya air dan ancaman banjir di Negara ini.
 “Mereka dapat secara potensial menemukan gagasan yang lebih baik mengenai dimana harus membentengi rumah atau membangun pembangkit listrik baru,” kata Rupper. “Diharapkan, sains yang baik dapat membawa pada solusi rekayasa yang baik untuk perubahan yang mungkin akan kita saksikan dalam dekade-dekade ke depan.”

Sumber berita:

Rabu, 30 Januari 2013

Geologi dan Sistem Hidrotermal Lahendong, Minahasa, Sulawesi Utara

Daerah lahendong, Minahasa, Sulawesi Utara terletak pada jalur gunung berapi aktif (jalur mediteran). Prospek panas bumi di daerah ini ditandai oleh dijumpainya manifestasi panas bumi.
Kondisi geologi daerah ini didominasi oleh batuan vulkanik berumur tersier (post miosen) sampai resen. Batuan tertua yang berumur miosen tersingkap di bagian timur daerah Tondano, terdiri dari breksi (dengan komposisi andesitic), dan tuff. Secara local dijumpai batuan konglomeratik dengan interkalasi tuf, batupasir, batu lempung dan lensa batugamping. Batuan Vulkanik yang berumur pliosen-plistosen terdiri dari “Tondano tuff’ dan batuan vulkanik gunung api muda. Batuan vulkanik gunung api muda ini membentuk gunung api tipe strato a.l gunung Soputan, lokon (menghasilkan lava flow bersifat basaltic). Di bagian utara dan selatan danau Tondano tersingkap endapan fluiatil dan lacustrine berumur plistosen akhir.
Di beberapa tempat di daerah Lahendong dijumpai alterasi batuan yang variasi dari lemah sampai kuat. Secara structural daerah minahasa termasuk dalam busur vulkanik dari system orogenesa tersier. Lahendong, Tompaso dan Tondano termasuk di dalam daerah ini.
Van Bemmelen (1949) berpendapat, bahwa danau Tondano adalah suatu depresi dari tondano sampai Langowan dan terbentuk oleh patahan-patahan sejajar satu sama lain dengan arah umum baratlaut-tenggara. Tetapi kemngkinan lain adalah bahwa danau Tondano merupakan suatu kaldera yang dihasilkan dari suatu “volcano tectonic deression” pada zaman pra sejarah (Buntaran & Prijanto, 1981 dan Johnson, 1976), sama dengan danau Toba di Sumatera.
Penelitian lebih lanjut telah membuktikan bahwa danau Tondano adalah sisa-sisa kaldera (Ganda & D. Sunaryo, 1983), dimana aktivitas gunung api terdapat di dalam dan sekelilingnya sebagai kegiatan lanjutan dari kegiatan di zaman kwarter. Di sebelah barat dari danau Tondano terdapat gunung Tampusu dengan danau Linau di lereng sebelah barat. Sisa dari aktivitas gunung api terdapat di sekeliling gunung tersebut dan juga sebelah baratdaya. Di sebelah timur gunung Tampsu terdapat banyak mata air panas sedang sebelah barat dari danau linau terdapat fumarole dari Lahendong.


Geologi Umum 
Daerah Prospek Tompaso terletak pada lengan Utara pulau Sulawesi yang  merupakan bagian dari rangkaian gunung api yang berarah SW-NE yang terdiri dari Utara ke Selatan yaitu G. Klabat, G. Mahawu, G. Soputan dan G. Ambang. Prospek Geothermal Tompaso dikontrol oleh kaldera besar danau Tondano yang dihasilkan oleh volcano tectonic depression yang di perkirakan terjadi pada Plio-Pleistosen. Prospek Tompaso ini juga merupakan gugusan kompleks gunung api Lembeyan yang sangat besar yang dibatasi di sisi Utara oleh rangkaian gunung api aktif Lokon dan Mahawu dan di bagian Selatan oleh Gunung Soputan, G. Sempu, G. Rindangaen serta di bagian Timur oleh Rim danau Tondano. Produk gunung api tua Lembeyan/Tondano terdiri dari piroklastik tufa batu apung dan ignimbrit yang kemudian ditutupi oleh produk gunung api kuarter. Prospek Geothermal Tompaso terletak di dalam depresi dengan relief relatif datar dengan elevasi rata-rata 750 masl. Gunung api aktif yang diduga dapat mempengaruhi deep hidrologi prospek Tompaso adalah berasal dari Gunung Soputan dari sisi sebelah Barat daya, sedangkan G. Sempu yang terletak di timur laut G. Soputan memperlihatkan bekas dari suatu kaldera yang tidak aktif lagi. Dari data core sumur bor dangkal terlihat bahwa prospek Tompaso pada awalnya tertutup oleh air danau ataupun aktifitas fluvial. Akibat tektonik dan vulkanisme Danau Tondano, daerah Lahendong sebagian terangkat dan menyebabkan seluruh daerah miring ke Barat dan terbentuk erupsi baru seperti G. Rindangen, G. Aesoput, G. Lengkoan, G.Tampusu dan G. Kasuratan. Stuktur patahan diinterpretasikan dari foto udara berupa lineament atau kelurusan kelurusan dan kelengkungan yang merupakan sesar tua yang teraktifkan. Beberapa struktur patahan yang didapat dari foto udara adalah :
• Kelurusan regional yang merupakan struktur tua dengan arah NE-SW dan NW-SE.
• Sesar NE-SW melalui G. Damaah, G. Masarang, kompleks gunungapi Tampusu-Kasuratan, kompleks Soputan-Sempu.
• Gawir sesar normal yang menghadap ke barat daya di puncak G. Lengkoan.
• Sesar yang berarah NW-SE melalui sungai Bapaluan, daerah manifestasi Tempang dan pegunungan Lembeyan Tenggara.
• Sesar E-W melalui dua daerah alterasi Batukolok di G. Rindengan dan Tompaso dan Tempang.

Sesar-sesar di atas memegang peranan di dalam pengontrolan hidrologi sistem panasbumi Tompaso serta pemunculan manifestasi di permukaan. Berdasarkan volkanostatigrafi di atas, terlihat bahwa evolusi magmatis yang diharapkan sebagai sumber panas bergerak dari Timur laut ke arah Barat daya yaitu dari gunung Lengkoan, Gunung Sempu, gunung Manimporok-Rindengan-Aesoput dan terakhir pada gunung Soputan. Jadi sumber panas yang masih exist dan relatif dangkal adalah berasal dari Gunung Soputan. Untuk struktur patahan yang berperan sebagai zona permeabilitas tinggi diinterpretasikan berasal dari struktur yang berarah Timur laut – Barat daya dan patahan yang hampir Timur barat.


Selasa, 29 Januari 2013

8 Keyakinan Membuat Anda Tahan Banting dalam Berbisnis

Berikut ini 8 keyakinan yang diperlukan saat terjun ke dunia bisnis agar Anda tahan banting, seperti dikutip dari Inc, Selasa (1/1/2013)

Energi Panas Bumi (Geothermal)

Geothermal (Panas Bumi)

Geotermal dari segi bahasa berasal dari kata Geo yang berarti bumi dan thermal yang berarti panas. Geothermal sendiri adalah energi alami di dalam bumi yang berasal dari hasil interaksi antara panas batuan dan air yang mengalir di sekitarnya. Geothermal sendiri merupakan energi yang terbarukan (renewable energy).
Panas Bumi sangat terkait dengan aktivitas tektonik yaitu, penujaman lempeng samudra ke bawah lempeng kontinen dan pemekaran lantai samudra oleh arus konveksi magma. Dapat juga dipengaruhi oleh aktivitas struktur yang besar, contoh : sesar palu koro, Sulawesi Tengah.
Sumber daya Panas Bumi terdiri dari 4 jenis yaitu, hidrothermal, Hot dry rocks, Geopressured dan magma. Energi panas bumi yang umum dimanfaatkan adalah sistem hirothermal karena pada sistem hidrothermal pori-pori bataun mengandung air, uap, atau keduanya dan reservoir umumnya terletak tidak terlalu jauh sehingga masih ekonomis untuk diusahakan.
Sistem hidrothermal sendiri adalah sistem energi panas bumi yang melibatkan sirkulasi fluida dari daerah meteoric recharge ke daerah sumber panas dan kedalam reservoir yang memenuhi kriteria geologi, Hidrologi, dan heat transfer yang cukup terkonsentrasi untuk membentuk sumber daya energi.

Sistem hidrothermal mempunyai 5 komponen yaitu :
      Sumber Panas
      Daerah resapan untuk menangkap air meteorik
      Batuan permeabel, yaitu tempat fluida (umumnya air) terakumulasi
      Batuan penudung
      Fluida atau air yang membawa panas ke permukaan bumi.
Klasifikasi sistem hirothermal dibagi 2 yaitu berdasarkan temperatur dan berdasarkan kandungan fluida.
Sedang berdasarkan jenis fluida produksi dan jenis kandungan fluida utamanya sistem hidrothermal dibedakan menjadi dua, yaitu sistem satu fasa dan sistem dua fasa. Sistem dua fasa sendiri terdiri dari dua jenis yaitu :
    Sistem dominasi air (water dominated system), merupakan sumber panasbumi yang reservoar geotermalnya didominasi oleh air (200-300 ºC). Air pada reservoar ini menerima panas dari konduksi panas pada batuan bedrock yang terpanasi oleh magma. Air panas tersebut kemudian terperangkap di bawah batuan caprock, sehingga terbentuklah reservoar geotermal dengan water dominated.
      Sistem dominasi uap (vapour dominated system), yaitu sistem panasbumi yang didominasi oleh uap kering atau uap basah. Temperaturnya bervariasi antara 230-320 ºC, tergantung dari kandungan gas dan kedalaman reservoir. Energi panas yang dimiliki oleh uap/air pada dasarnya berasal dari magma bertemperatur 1200 oC, energi panas ini dialirkan secara konduksi pada lapisan batuan impermeable yang disebut bedrock. Di atas bedrock, terdapat batuan permeable yang berfungsi sebagai aquifer yang berasal dari air hujan, mengambil energi panas dari bedrock secara konveksi dan induksi. Air panas itu cenderung bergerak naik ke permukaan bumi akibat perbedaan berat jenis. Pada saat air panas bergerak ke atas, tekanan hidrostatisnya turun dan terjadilah penguapan. Karena di atas aquifer terdapat batuan impermeable yang disebut caprock, maka terbentuklah sistem vapor dominated reservoir.
Pemanfaatan energi Panas Bumi terdiri dari tahapan eksplorasi (pemetaan detail, survei geokimia, survei geofisika, landaian suhu, pemboran eksplorasi, dan studi kelayakan), pengembangan (pemboran sumur produksi dan injeksi, pemipaan, penyiapan fasilitas produksi, dan konstruksi), komersial (produksi uap).